Jakarta (Unas) – Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Unas bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia melaksanakan Seminar Nasional dengan tema “Kepemimpinan Perempuan di Korea Selatan : Aspek Historis, Sosial-Budaya, dan Kebijakan Luar Negeri.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Selasa, 27 Juni 2023, di Aula Blok 1 Lt. 4 Unas ini turut dihadiri oleh Wakil Rektor Unas Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt., Dekan FBS Dr. Drs. Somadi Sosrohadi, M.Pd., Direktur Eksekutif Korea Foundation Choi Hyunso, Kepala Pusat Riset Politik BRIN Dr. Athiqah Nur Alami, M.A., Tim peneliti BRIN serta para dosen dilingkungan FBS Unas.
Wakil Rektor Unas Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt. dalam sambutannya yang sekaligus membuka acara mengatakan tema seminar nasional merupakan satu topik yang penting yang bisa menjadi pembanding dan referensi bagi Indonesia dalam kepemimpinan yang dipimpin oleh kaum perempuan.
“Hari ini kita akan mendengarkan satu topik yang sangat penting karena ini akan menjadi pembanding atau referensi bagi kita bagaimana kita harus mengatur kepemimpinan di Indonesia walaupun ibu-ibu di Indonesia menurut nya tidak ada penghalang bagi perempuan Indonesia untuk maju sebagai pemimpin,” ujarnya.
Ia juga mencontohkan bahwa Indonesia sudah pernah dipimpin oleh presiden perempuan serta para menteri kabinet yang mayoritas dijabat oleh kaum perempuan termasuk Ia yang juga tengah menjadi salah satu pimpinan Universitas perempuan satu-satunya.
“Jadi sebetulnya kalau di Indonesia tidak jadi masalah tetapi tetap saja kita harus belajar bagaimana kepemimpinan perempuan di Negara-negara lain karena sebagai bangsa timur kebanyakan masih menganut pria tidak bisa dikalahkan oleh kaum perempuan,” ungkap Prof. Erna.
“Walaupun sering kali tidak bisa menolak juga ibu-ibu itu bisa lebih piawai memegang satu jabatan dibanding bapak-bapak,” katanya.
Ia juga mengatakan bahwa pengalaman kepemimpinan perempuan di negara-negara lain perlu dipelajari supaya kepemimpinan perempuan di Indonesia semakin kuat.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Prof. Erna menyampaikan selamat atas terselenggaranya seminar nasional semoga melalui seminar ini para mahasiswa dan dosen dapat belajar dan memiliki gambaran mengenai kepemimpinan perempuan di luar negeri. “Atas nama pimpinan selamat melaksanakan seminar mudah-mudahan seminar ini menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan tambahan pengalaman yang besar tidak saja untuk para mahasiswa tetapi juga untuk kita dosen-dosen,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Politik BRIN Dr. Athiqah Nur Alami, M.A. menyampaikan terima kasih kepada pihak rektorat, dekanat dan segenap dosen-dosen dilingkungan FBS Unas yang telah membantu mewujudkan kegiatan ini.
“Kita sudah bersama-sama mempersiapkan kegiatan ini agar tim riset bisa meng-share hasil riset kami dan mudah-mudahan apa yang kita diskusikan bersama pada hari ini juga menambah pengetahuan seperti yang disampaikan oleh Prof. Erna,” ujar Athiqah.
Ia melanjutkan, seminar nasional ini diselenggarakan bertepatan dengan momentum International Women’s Day For Women For Diplomacy pada 24 Juni lalu. “Dimana ini dilevel United Nation dan ini menegaskan bahwa pentingnya peran dan kontribusi perempuan diranah diplomasi dan kebijakan luar negeri,” katanya.
Athiqah mengatakan, secara global peran dan kontribusi perempuan di wilayah asia masih minim atau masih rendah khususnya di Korea Selatan. Menurut dokumen yang Ia punya, Korea Selatan berada diperingkat 105 dari 146 negara dalam kaitan rangking gender gap. Dimana pada tahun lalu Korea berada di posisi 99, hal ini menunjukan Korea Selatan mengalami penurunan yang artinya kesenjangan gender di Korea Selatan masih menjadi pekerjaan rumah karena masih tinggi kesenjangannya
“Nah ini intinya ada di paradoksnya dan akan kita bahas dari aspek historis, sosial-budaya, dan kebijakan luar negeri karena sebenarnya persoalan-persoalan yang terjadi ditingkat masyarakat sejarah, sosial dan dilevel kebijakan apakah memang itu berkontribusi apakah itu menjadi penyebab masih tingginya kesenjangan gender di Korea Selatan itu sendiri,” pungkasnya.
“Harapannya dengan seminar ini kita bisa membandingkan kondisi di Indonesia apakah kita berada disituasi yang sama namun jika melihat data Indonesia lebih rendah kesenjangan gender nya dari pada Korea namun ada yang perlu kita pelajari dari Korea Selatan,” ungkapnya.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi panel dengan paparan materi oleh Dosen Universitas Indonesia Dr. Rostineu, S.S., M.A. dengan materi ‘Aspek Historis Kepemimpinan Perempuan di Korea Selatan’, Dosen Universitas Nasional Yayah Cheriyah, S.E., M.A. ‘Aspek Sosial-Budaya Kepemimpinan Perempuan di Korea Selatan’.
Kemudian Tim Peneliti Pusat Riset Politik BRIN dengan materi ‘Aspek Kebijakan Luar Negeri Kepemimpinan Perempuan di Korea Selatan’ dan dosen Chung-Ang University Dr. Cho Youngmi dengan materi ‘Perspektif Korea Selatan Terhadap Kepemimpinan Perempuan di Korea Selatan’.