Jakarta (UNAS) – Universitas Nasional (UNAS) melalui Biro Kerja Sama menyelenggarakan Konferensi Internasional Peradaban Melayu Dunia pada Selasa, 17 September 2025, di Aula Lantai 4 UNAS. Mengusung tema “Memperkuat Hubungan Kohesif dalam Menghadapi Tantangan Peradaban Baru Dunia”, kegiatan ini menjadi konferensi internasional pertama yang digelar UNAS bersama Universiti Malaya.
Acara berlangsung secara hybrid dengan total 206 peserta, baik luring maupun daring. Sejumlah perguruan tinggi mitra turut berpartisipasi, di antaranya Universitas Sumatera Utara (USU), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gunadarma, dan Universitas Siber Asia (UNSIA).

Ketua Panitia, Dr. Iskandarsyah Siregar, Ph.D., yang juga sebagai Dosen Sastra Indonesia di FBS, menegaskan bahwa konferensi ini merupakan hasil kerja sama UNAS dan Universiti Malaya yang telah terjalin sejak dua tahun lalu.
“Konferensi ini menjadi langkah awal yang berkesinambungan dalam mengkaji peradaban Melayu dunia. Ke depan, kolaborasi ini akan terus diperkuat untuk melahirkan manfaat nyata bagi perkembangan ilmu dan kebudayaan,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan Akademi Pengajian Melayu Universiti Malaya, Prof. Dr. Sabzali Musa Khan, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya acara ini.
“Saya sangat menghargai kesungguhan yang ditunjukkan. Saya berharap hasil konferensi dapat diterbitkan dalam bentuk buku agar memberi manfaat lebih luas,” ungkapnya.
Bahasa dan Budaya Melayu sebagai Pilar Peradaban
Menteri Kebudayaan RI, Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., hadir sebagai pembicara utama. Ia menekankan bahwa peradaban Melayu memiliki kekuatan besar, terutama melalui bahasa.
“Bahasa Indonesia-Melayu dituturkan lebih dari 300 juta orang, jauh melampaui penutur bahasa Prancis. Bahkan, bahasa Melayu telah menjadi bahasa kerja di ASEAN. Sangat wajar apabila Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa kerja di UNESCO,” tegasnya.

Fadli Zon juga menyoroti pentingnya promosi dan diplomasi kebudayaan Melayu. “Kita perlu memperkuat pusat-pusat kajian Melayu, mengoptimalkan diaspora Indonesia yang berjumlah sekitar 2,7 juta jiwa, serta memanfaatkan sejarah panjang Nusantara sebagai basis peradaban maritim dunia,” jelasnya.
Partisipasi UNAS dan FBS
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama (PPMK) UNAS, Prof. Ernawati Sinaga, M.S., Apt., menyampaikan kebanggaannya atas penyelenggaraan konferensi ini.
“Peradaban Melayu adalah identitas yang menyatukan sekaligus menjadi jembatan persaudaraan antarbangsa. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya relevan untuk menjawab tantangan global saat ini,” tuturnya.

Selain dihadiri pimpinan universitas dan mitra internasional, konferensi ini juga melibatkan dosen Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) UNAS yang turut memberikan kontribusi dalam diskusi panel dan sesi akademik. Kehadiran dosen FBS menjadi bagian penting dalam memperkuat peran UNAS sebagai pusat kajian bahasa, sastra, dan kebudayaan, khususnya dalam mengangkat nilai-nilai peradaban Melayu ke kancah global.
Prof. Ernawati menegaskan bahwa forum ini menjadi ruang kolaborasi dan pertukaran pengetahuan antarpeneliti, akademisi, dan pemangku kepentingan. “Semoga dari konferensi ini lahir gagasan baru, rekomendasi kebijakan, serta karya nyata dalam menjaga keberlanjutan kebudayaan Melayu di tengah arus modernitas,” tambahnya.(Sumber; UNAS Gelar Konferensi Internasional Peradaban Melayu Dunia: Perkuat Hubungan Kohesif Hadapi Tantangan Peradaban Baru – MPR UNAS)