Jakarta (UNAS) – Hari kedua kegiatan Pengenalan Lingkungan dan Budaya Akademik (PLBA) Universitas Nasional (UNAS) Tahun Akademik 2025/2026 berlangsung dengan penuh semangat. Acara ini menghadirkan pembicara nasional, yaitu Dr. Ir. Prakoso, M.M. selaku Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia dan Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia, Dr. Naswardi, M.M., M.E.
Prakoso membuka paparannya dengan mengingatkan mahasiswa baru tentang pentingnya memahami posisi mereka sebagai insan akademik yang kini memasuki dunia perguruan tinggi. Ia menekankan perbedaan mendasar antara siswa SMA dengan mahasiswa, yakni tanggung jawab dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Ia menjelaskan bahwa mahasiswa UNAS harus mampu menjadikan literasi baik digital maupun literasi umum sebagai bekal untuk melahirkan temuan baru dalam bidang keilmuan. Lebih jauh, mahasiswa juga dituntut untuk menjadi solusi bagi bangsa saat lulus nanti. “Sebagai akademisi, kalian dituntut tidak hanya memahami teori, tetapi juga menghasilkan kebaruan yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa,” ujarnya, di Gedung Auditorium UNAS, Kamis, (25/9/2025).
Dalam sesi tersebut, Prakoso menekankan empat pilar kebangsaan yang wajib dihayati mahasiswa: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ia menjelaskan bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar slogan, melainkan keunggulan komparatif bangsa Indonesia yang berbeda dari negara lain. Menurutnya, persatuan dalam keberagaman menjadi kunci daya saing Indonesia di tengah arus globalisasi.
ia juga mengingatkan mahasiswa mengenai tantangan masa depan, mulai dari perubahan iklim, revolusi digital, hingga pergeseran geopolitik dan geoekonomi dunia. Oleh sebab itu, generasi muda harus memanfaatkan keunggulan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati Indonesia sebagai modal untuk mengubahnya menjadi keunggulan kompetitif. “Kuncinya adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa penguasaan iptek, kita akan kembali kalah bersaing sebagaimana bangsa ini pernah dijajah di masa lalu,” tegasnya.
Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia, Dr. Naswardi, M.M., M.E., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kerja sama antara LSF dan UNAS sebagai salah satu dari 34 perguruan tinggi mitra di Indonesia. Ia menekankan bahwa kolaborasi ini penting untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai peran strategis perfilman dalam budaya dan ekonomi nasional, sekaligus mendorong mahasiswa agar menjadi agen perubahan melalui penerapan budaya sensor mandiri.
“Terima kasih atas sinergi kolaborasi dengan Universitas Nasional. Lembaga Sensor Film bekerja sama dengan 34 perguruan tinggi seluruh Indonesia, dan salah satunya adalah Universitas Nasional (UNAS),” katanya.
Ia melanjutkan, selain sebagai hiburan, industri perfilman terbukti memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan ekonomi nasional. “Industri film nasional kita berkontribusi 9,8 miliar dolar Amerika terhadap PDB, dan membuka lebih kurang 500.000 tenaga kerja setiap tahunnya. Mulai dari penulis skenario, produser, sutradara, editing, dan lain-lain,” paparnya.
Naswardi menambahkan bahwa terdapat 99 profesi dalam ekosistem perfilman yang membutuhkan sumber daya manusia muda, terampil, dan profesional. Hal ini menjadi peluang karier luas bagi mahasiswa lintas disiplin ilmu, termasuk Ilmu Komunikasi.
Adapun salah satu poin penting yang disampaikan adalah pentingnya budaya sensor mandiri dalam kehidupan masyarakat. Naswardi menekankan agar penonton mematuhi klasifikasi usia film demi perlindungan psikologis dan moral.
“Harapannya adalah kaidah budaya sensor mandiri, menonton sesuai penggolongan usia, dan tentunya itu menjadi budaya kita seterusnya,” jelas Naswardi.
Dengan semangat kebersamaan, Ketua LSF mengajak generasi muda untuk mendukung film nasional sekaligus menyiapkan diri menjadi bagian dari industri kreatif yang semakin berkembang. “Saya mendorong mahasiswa untuk mendukung perfilman nasional dengan menonton di bioskop, menghindari film bajakan, dan selalu bangga terhadap karya anak bangsa,” ujar Naswardi.
Dalam acara ini, Titin Setiawati, M.I.Kom. selaku Ketua Sub Komisi Sosialisasi LSF juga turut memaparkan materi. Dalam paparannya, Titin memberikan penjelasan komprehensif mengenai fungsi LSF, klasifikasi usia film, hingga urgensi literasi perfilman di kalangan mahasiswa.
Rangkaian acara PLBA juga menampilkan beberapa bakat mahasiswa dari berbagai fakultas. Dimulai dengan penampilan musik dari Ronald Lakhomizaro Gulo, mahasiswa Fakultas Teknologi Komunikasi dan Informatika (FTKI) yang mempersembahkan permainan gitar. Penampilan ini dilanjutkan oleh kelompok Srikandi Maheswari dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), yang terdiri dari Diah Anggraeni, Amanda Candra Prastika, Ivana Layla Z.N.S, Azkia Maharyani, dan Erliza Cicera, dengan suguhan tarian tradisional Tari Nandak Ganjen.
Dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Anastasia Arniati Jenaul turut memeriahkan panggung melalui persembahan vokal. Sementara itu, mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) menampilkan koreografi energik Modern Dance – Wannabe dari Itzy melalui grup Angels on Call.
Suasana semakin semarak dengan penampilan Taekwondo Internasional yang dipadukan dengan musik tradisional Korea, Samulnori, dibawakan oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) dalam kelompok Horanghae Samulnori. Selain itu, dari program studi Sastra Jepang, Rahmadatul Gustiarandi juga turut menunjukkan bakatnya di atas panggung.
Rangkaian acara setelah istirahat ini ditutup dengan pemberian hadiah kepada pemenang lomba video perkenalan dan pembagian doorprize kepada mahasiswa baru.(*DMS)