📰 PKM Sastra Jepang: Integrasi Budaya dan Uji Kompetensi di Festival MGMP

📰 PKM Sastra Jepang: Integrasi Budaya dan Uji Kompetensi di Festival MGMP

Jakarta, 15 November 2025 — Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, sukses menggelar dua agenda utama dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang berkolaborasi dengan Festival Budaya MGMP Bahasa Jepang Se-Jabodetabek. Kegiatan dwi-agenda ini menyajikan pendekatan yang seimbang antara peningkatan minat melalui budaya dan pengukuran kompetensi akademis.

Acara yang berlangsung di Gedung Serbaguna Jakarta ini menarik partisipasi ratusan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan Madrasah Aliyah (MA) Se-Jabodetabek, menegaskan komitmen Sastra Jepang dalam pengembangan bahasa dan budaya di tingkat pendidikan menengah.

📰 PKM Sastra Jepang: Integrasi Budaya dan Uji Kompetensi di Festival MGMP

Jakarta, 15 November 2025 — Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, sukses menggelar dua agenda utama dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang berkolaborasi dengan Festival Budaya MGMP Bahasa Jepang Se-Jabodetabek. Kegiatan dwi-agenda ini menyajikan pendekatan yang seimbang antara peningkatan minat melalui budaya dan pengukuran kompetensi akademis.

Acara yang berlangsung di Gedung Serbaguna Jakarta ini menarik partisipasi ratusan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan Madrasah Aliyah (MA) Se-Jabodetabek, menegaskan komitmen Sastra Jepang dalam pengembangan bahasa dan budaya di tingkat pendidikan menengah.


🤩 PKM Agenda I: Origami sebagai Pemicu Minat Belajar

Agenda pertama berfokus pada kegiatan penyuluhan interaktif bertajuk “Penyuluhan Seni Melipat Kertas (Origami) untuk meningkatkan minat pembelajaran bahasa Jepang bagi Siswa-Siswa MAN Se-Jabodetabek dalam Festival Budaya MGMP.”

Dipimpin oleh tim dosen dan mahasiswa, sesi ini memperkenalkan seni melipat kertas, Origami, bukan sekadar sebagai kerajinan, tetapi sebagai alat bantu pembelajaran. Setiap lipatan dan bentuk dihubungkan dengan kosakata, tata bahasa, dan cerita rakyat Jepang.

“Budaya adalah gerbang emosional pertama menuju bahasa. Melalui Origami, kami ingin menunjukkan bahwa belajar bahasa Jepang itu menyenangkan dan terkait erat dengan praktik nyata,” jelas Ibu Lely Demiyati, SS., M.Hum., selaku penanggung jawab kegiatan.

Para siswa diajarkan melipat tsuru (bangau) dan samurai kabuto (topi perang), sambil aktif menggunakan instruksi dalam bahasa Jepang seperti magemasu (melipat) dan hirogeru (membuka). Antusiasme peserta terlihat tinggi, menandakan keberhasilan metode pembelajaran berbasis budaya ini.(FBS)

Dokumentasi kegiatan; https://drive.google.com/drive/folders/18yIOLKfGmFA4IUXBCmZBaxJd1nwWyJPH?usp=drive_link